Analisis Objek Kajian Semiotika "Lukisan Karya Reza Sastra Wijaya"

PENDAHULUAN

Karya seni merupakan sebuah media ekspresi, pemicu utama seorang seniman melahirkan karya seni adalah melalui pengamatan terhadap suatu persoalan atau fenomena yang terjadi di lingkungannya. Fenomena tersebut yang kemudian diekspresikan ke dalam medium seni. Melalui stimulus dan dibekali 
dengan pengalaman estetis dari siseniman, maka lahirlah karya seni yang memiliki nilai estetis dan jugamengandung makna simbolis. Oleh sebab itu, bentuk suatu karya seni terdiri dari bentuk visual 
(visual form) dan pesan simbolik yang ingin disampaikan kepada masyarakat luas. Kedua elemen ini menjadi kunci utama dalam melahirkan karya seni, karena karya seni yang baik dapat dilihat dari bagaimana siseniman menyajikan bentuk visual (visual form) dan pesan atau informasi di dalamnya yang disampaikan secara simbolik. Pada prinsipnya bentuk atau wujud suatu karya seni tidak terbentuk dengan sendirinya, hal terpenting yang harus diperhatikan dalam melahirkan karya seni adalah bagaimana menyusun elemen-elemen seni rupa berdasarkan prinsip penyusunan yakni perbedaan (kontras), keselarasan (harmoni), keseimbangan, dan lain sebagainya. Apabila dilihat berdasarkan konteksnya hal ini sering ditemukan dalam kehidupan seharihari, misalnya antara kaya dan miskin, lelaki dan perempuan, kuat dan lemah dan sebagainya, yang 
merupakan suatu perbedaan (kontras). Persoalan selanjutnya, bagaimana orang kaya bisa membantu yang miskin, lelaki mampu melindungi perempuan, dan yang kuat mampu merangkul yang lemah. 
Dengan demikian, terjalin suatu keselarasan (harmoni) dan terciptanya suatu keseimbangan dalam kehidupan. Konsep ini juga senantiasa hadir di dalam penciptaan karya seni karena wujud karya seni di dalamnya selalu menghadirkan suatu perbedaan (kontras), keselarasan (harmoni) dan keseimbangan di dalamnya. Dengan demikian, sebuah karya seni yang lahir memliki nilai estetis yang menjadi daya tarik dalam proses apresiasi seni. Dalam proses apresiasi seni inilah terjadinya suatu interaksi antara 
penikmat seni dengan karya seni yang ditampilkan. 

Isi

Karya seni yang diulas merupakan karya seni grafis yang dibuat dengan menggunakan teknik cetak 
cukil hardboard dan dicetak dengan menggunakan metode serigrafi di atas kanvas dengan ukuran 80 x 120 cm yang dibuat pada tahun 2012. Tampilan visual pada karya di atas di tampilkan dengan posisi portrait. Karya seni grafis ini berjudul “cara curang” dengan subject matter atau tema pokok karya yakni 
tentang kasus “suap”. Elemen-elemen yang disusun berdasarkan prinsip penyusunan yang membentuk suatu kesatuan (unity), hal ini dapat dilihat dari unsur warna, garis, irama, bentuk (form), bidang (shape), tekstur dan lain sebagainya. Adapun unsur warna yang digunakan dalam karya ini adalah warna merah, kuning keemasan, hitam, putih, abu-abu dan soft cream. Bentuk yang ada di dalam karya ini dihasilkan dari proses pencukilan yang menghasilkan garis horizontal, garis vertikal dan garis lengkung, setiap pertemuan garis tersebut membentuk sebuah papan permainan catur dan buah catur serta bentuk 
awan sebagai background dari karya ini. 
Selanjutnya, buah catur yang ditampilkan dalam karya ini terdiri dari raja, menteri, gajah, kuda, dan benteng, namun tidak terdapat bidak atau pion di dalamnya. Raja dan gajah menggunakan warna merah, sedangkan kuda, gajah dan benteng menggunakan warna putih, untuk menteri dan benteng menggunakan warna abu-abu. Susunan buah catur yang ada di dalam karya ini juga sangat menarik, 
dengan mempertimbangakan segala aspek prinsip penyusunan. Kuda yang berwarna putih dan gajah berwarna merah dengan menggunakan pedang ditempatkan pada bagian depan karya, menteri yang berwarna abu-abu dan gajah yang berwarna putih berada dibagian tengah sedangkan dua benteng yang berwarna abu-abu dan putih ditempatkan pada bagian belakang sejajar dengan posisi raja yang berwarna merah. Pada bagian papan catur terdapat perpaduan unsur garis yang membentuk sebuah bidang zigzag dengan menggunakan warna kuning keemasan. Di dalam bidang zigzag yang berwarna kuning keemasan tersebut terdapat buah catur gajah yang membawa sebuah pedang dengan 
pandangan mengarah kepada sang raja. Tampilan papan permainan catur yang ada di dalam karya ini digambarkan seperti papan permainan catur pada umumnya, yang terdiri dari warna hitam dan putih. Apabila diperhatikan dengan seksama, papan permainan catur dalam karya ini seolah-olah digambarkan terpisah menjadi tiga bagian. Papan catur bagian pertama yang menjadi pusat perhatian (center of interest), sedangkan dua bagiannya lagi terdapat di bagian belakang. Papan permainan catur dalam karya ini digambarkan seolah-olah seperti tebing yang curam. Warna yang ada pada bagian tebing yang curam tersebut adalah warna merah, putih dan hitam, sedangkan warna yang digunakan pada bagian pinggir dari karya ini menggunakan warna hitam dan putih. Komposisi yang terdapat dalam karya ini merupakan hasil perpaduan dari unsur-unsur rupa yang disusun berdasarkan prinsip penyusunan. Secara keseluruhan, komposisi yang ada dalam karya ini sangat ideal, hal ini dapat dilihat dari keseimbangan dan proporsi yang digunakan. Keseimbangan dan proporsi 
baik dari segi bentuk, warna, pencahayaan disusun sebaik mungkin yang membuat karya ini menjadi menarik dan seolah-olah hidup. Di samping keseimbangan dan proporsi, dalam karya ini juga terdapat 
prinsip perlawanan atau perbedaan (kontras) hal ini dapat dilihat dari penggunaan warna kuning keemasan pada bagian papan permainan catur. Selanjutnya, perspektif ruang menjadi prioritas utama siseniman dalam melahirkan karya ini. Bentuk gumpalan awan yang ada di dalam karya ini terbentuk dari perpaduan antara garis lengkung dan garis lurus dengan menggunakan warna soft cream. Satu hal yang menjadi sorotan dari karya ini adalah tidak terdapat bayangan di setiap buah catur yang ditampilkan. 

Icon :
Tiga papan permainan catur lengkap dengan buah catur yang terdiri dari raja, 
menteri, gajah, kuda, dan benteng, namun tidak terdapat bidak atau pion didalamnya. Dan terdapat pola zigzag yang berwarna kuning keemasan.

Index :
Dalam aturan konvensi permainan catur merupakan permainan yang mengandalkan strategi dan taktik untuk meraih suatu kemenangan. Dalam meraih suatu kemenangan tentu memiliki aturan-aturan yang berlaku secara umum.

Symbol :
Simbol dalam karya ini apabila dikaitkan 
dengan judul karya “cara curang” dan materi subjek yakni tentang kasus “suap” dapat diartikan bahwa dengan uang “suap 
atau sogok” segala sesuatu bisa diraih 
dan dicapai tanpa mengikuti aturan-aturan yang berlaku secara konvensi.

Penanda
Seni grafis karya Reza Sastra Wijaya Secara tekstual terdiri dari papan permainan catur yang dilengkapi dengan buah catur. Adapun buah catur yang ada dalam karya ini terdiri dari raja, menteri, gajah, kuda, dan benteng, namun tidak terdapat bidak atau pion di dalamnya. 

Petanda :
Papan permainan catur yang ada di dalam karya ini secara kausal merupakan suatu wilayah kekuasaan. Dalam sistem perperangan kolosal peranan raja, menteri, gajah, kuda, dan benteng merupakan elemen penting dalam meraih kemenangan, dalam permainan catur juga demikian buah catur yang terdapat di dalam karya ini memiliki peranan penting sebagai panglima tertinggi dalam sebuah pertempuran.

Kesimpulan :
Wujud sebuah karya seni bukan sekedar persoalan menyusun elemen-elemen rupa berdasarkan prinsip penyusunan, akan tetapi persoalan lain yang jauh lebih penting adalah bagaimana tanda berupa pesan simbolik yang ingin disampaikan siseniman melalui karyanya. Struktur tanda yang ada dalam karya seni grafis ini mencoba melahirkan diskursus baru dengan mengaitkan satu objek dengan 
objek lainnya. Ekspresi yang dituangkan ke dalam medium seni merupakan suatu kebaruan dan belum pernah terumuskan sama sekali melalui kode-kode yang ada. Dengan segala kemampuannya siseniman 
melahirkan tanda-tanda baru di dalam karyanya dengan cara mengaitkan suatu objek dengan objek lainnya berdasarkan suatu aturan yang berlaku secara umum (konvensi). Melalui penelitian ini dapat 
disimpulkan bahwa pesan yang ingin disampaikan siseniman melalui karya seni grafis yang berjudul “cara curang” dengan subjek mater yakni kasus “suap” merupakan representasi dari suatu realitas yang diamati, melalui stimulus maka lahirlah suatu karya seni. Pesan simbolik yang ingin disampaikan dalam karya ini adalah bahwa dengan uang “suap atau sogok” segala sesuatu bisa diraih dan dicapai tanpa mengikuti aturan-aturan yang berlaku secara konvensi. Salah satu kasus adalah keadilan, dengan uang “suap” keadilan di negeri ini bisa diperjual belikan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analisis penggunaan Bahasa pada konten Reza Arap

semiotika kehidupan saya sehari hari